Hakikat Cinta dalam Al-Quran
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ
الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ
وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ
عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ [٣:١٤]
Sangsuwung.com
- “Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS.
Ali-Imran (3): 14)
Ada
beberapa hikmah yang dapat kita petik dari ayat di atas, di antaranya:
1.
Fitrah Manusia
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
“Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”
Allah
SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Dengan kesempurnaan itu
Allah menghadirkan rasa cinta sebagai fitrah manusia. Dengan adanya rasa cinta
tersebut, manusia dapat memandang segala sesuatu menjadi indah. Secara maknawi
pada kalimat pertama di dalam Surat Ali-Imran (3) ayat 14, Allah SWT
menerangkan kepada kita bahwa Allah telah memberi rasa cinta kepada manusia
sehingga manusia cenderung memandang segala sesuatu menjadi terasa indah.
2.
Cobaan Di Dunia
مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ
مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ
“Yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia”
Pada
kalimat kedua Surat Ali-Imran (3) ayat 14 Allah menyebutkan beberapa cobaan manusia
di dunia. Cobaan yang pertama disebutkan Allah SWT dalam ayat tersebut adalah
wanita, hal itu mengandung makna bahwa wanita (lawan jenis) merupakan cobaan
terbesar kita di dunia. Hal ini bisa kita lihat dalam sebuah hadits shahih yang
artinya:
Dari
Usamah bin Zaid, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah aku tinggalkan
setelah kematianku kelak sebuah fitnah kekacauan yang lebih berbahaya bagi kaum
laki-laki dari pada fitnah (yang disebabkan) wanita.” Shahih: Ash-Shahihah
(2701). Muttafaq ‘Alaih.
3.
Allah, Sebaik-Baik Tempat Kembali
وَاللَّهُ
عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
”
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”
Di
penutup ayat tersebut Allah SWT mengakhirinya dengan memberitahu kita semua
bahwa tempat kembali yang paling baik adalah di surga. Di dalam tafsir Ibnu
Katsir, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Umar bin Khatthab, setelah turun ayat “Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Umar
berkata: “Ya Tuhanku, sungguh keindahannya bagi kami.” Kemudian diturunkanlah
ayat: “Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari
yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi
Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan
Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”
Allohua’lam
bishowab.
Perbandingan derajat wanita zaman sekarang dan wanita zaman dahulu
Pada zaman jahiliyah dulu, orang-orang
arab sangat tidak menghargai perempuan, saking tidak menghargainya, ketika
mereka memiliki anak perempuan, mereka mengkuburnya hidup-hidup, naudzubillahi
min dzalik, namun mereka dalam keadaan tidak dihargai bukan karena kehendak
mereka. Sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an “Dan apabila seorang dari mereka
diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya
berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah.
Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An Nahl: 58-59).
Tapi jaman sekarang, perempuan-perempuan
kembali pada kondisi yang sama, aurat wanita diperjual belikan. Lihatlah di
TV2, iklan-iklan, majalah-majalah, siapa yang jadi model? WANITA!!!Aurat mereka
diperjual belikan, dan mirisnya beberapa dari mereka justru dengan sengaja dan
pengen jadi model. Naudzu billahi min dzalik. Bahkan beberapa muslimah, mereka
menjual aurat mereka dengan sengaja, padahal Islam telah memuliakan mereka.
Bahkan dalam beberapa kasus yang paling parah, wanita diperjual belikan dalam
arti bukan hanya aurat, tapi juga seluruh tubuh mereka.Di mata umat Islam,
wanita begitu dihargai dan dihormati, tapi semua berubah ketika kaum seluler
mulai beraksi. Semoga para wanita segera sadar dan meninggalkan hal-hal yang
diharamkan termasuk yang menjadi model,dll. Hargailah dirimu, agar engkau
dihargai orang lain~.Ketika suara adalah aurat wanita, sekarang banyak yang
menjual suara mereka. Mereka menyanyi dengan lemah gemulai.
Masalah aurat ini begitu penting. Karena
itu, seharusnya para wanita berpakaian yang sesuai dengan syari'i. Allah Ta’ala
berfirman:
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang
beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan kemaluan mereka. Janganlah
mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (terpaksa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan dengan jilbab ke dada-dada mereka.”
(QS. An-Nur: 31). Juga ada sabda Rasulullah...“Barangsiapa yang memanjangkan
kainnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya.” Ummu Salamah
bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus dilakukan oleh para wanita dengan
ujung pakaian mereka?” Beliau menjawab, “Kalian boleh memanjangkannya
sejengkal.” Ummu Salamah bertanya lagi, “Jika begitu, maka kaki mereka akan
terbuka!” Beliau menjawab, “Kalian boleh menambahkan satu hasta dan jangan
lebih.” (HR. At-Tirmizi no. 1731 dan An-Nasai no. 5241). Mengapa alasan pakaian
ini begitu penting?Simak hadits riwayat Abu Hurairah berikut,“Ada dua golongan
penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat:
(1) Kaum yang memiliki cambuk seperti
ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang.
(2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi
telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu,
rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta.
Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk
surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat
tercium dari begini dan begini.” (HR. Muslim no. 2128).
Makna ‘berpakaian tetap telanjang’
adalah: Dia menutup sebagian auratnya tapi menampakkan sebagian lainnya. Dan
ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia menutupi seluruh auratnya tapi dengan
pakaian yang tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.
Wahai wanita, Jadilah wanita yang
didambakan oleh Islam...Bukan wanita yang didambakan oleh setiap lelaki~...
Wanita Penghuni Surga Itu…
Penulis:
Ummu Rumman Siti Fatimah
Muraja’ah: ustadz Abu Salman
Muraja’ah: ustadz Abu Salman
Dari
Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku
menjawab, “Ya”
Ia
berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku
tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah
Menyembuhkannya.’
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau
bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah
Menyembuhkanmu.’
Wanita
itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala
penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak
tersingkap.’
Maka
Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.
Sebagaimana
perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan
seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”
Wahai
saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih
wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang
mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?
Apakah
karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia
wanita yang berkulit putih bak batu pualam?
Tidak.
Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.
Wanita
hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan
tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya.
Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang
wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i.
Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal
baginya.
Kecantikan
iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke
kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya,
amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun
akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.
Bagaimanakah
dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi
mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu
khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir
bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan –
semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.
Kecantikan
fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru
mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku,
seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah
diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah
imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.
Wahai
saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa
kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan
dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar
syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri,
maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal
ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan
berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.
Wanita
itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat
penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”
Saudariku,
penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita
oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para
penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap
penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.
Tapi,
lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan
bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa
menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan
itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat
penyakitnya kambuh.
Subhanallah.
Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu
betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha
melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita
shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa
berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita
zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???
Saudariku,
dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran
merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu
surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.”
Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”
Wanita
itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa
menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh
wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.
Saudariku,
terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi
Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan
cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian
Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga,
dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan
mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.
Sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu
kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya
dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau
hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan
mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat
dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)
Maka,
saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan
kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan
mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.
Lalu
wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku
terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap.
Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.
Wahai
saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar,
kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal
ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat
sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar
disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga.
Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka
auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka,
masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?
Saudariku,
semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga
tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.
Marji’:
Syarah Riyadhush Shalihin (terj). Jilid 1. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. Cetakan ke-3. Penerbit Darul Falah. 2007 M.
Syarah Riyadhush Shalihin (terj). Jilid 1. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. Cetakan ke-3. Penerbit Darul Falah. 2007 M.
Kedudukan wanita sebelum Islam dan wanita kini
Assalaamu’alaikum
w.b.t….. dan selamat sejahtera. Perbincangan tentang isu wanita sememangnya
sampai bila pun tidak akan habis. Lebih-lebih lagi wanita di zaman moden ini
yang semakin canggih dan mula menunjukkan belang. Berikut ini saya cedok
petikan-petikan dari buku Suami
Isteri Yang Engkar – Thana Abdullah Al Afif , tentang kisah wanita sebelum kedatangan
Islam. Dan kemudiannya saya akan mengulas sedikit tentang wanita pada zaman
sekarang. Semoga kaum wanita semua berfikir dalam-dalam ya.
Wanita sebelum
Rasulullah S.a.w , berdarjat tidak berguna kecuali untuk memelihara keturunan
dan mengatur rumahtangga. Apabila isteri melahirkan anak yang tidak cantik
mereka pun membunuhnya. Wanita yang ‘subur’ dipinjam oleh lelaki (bukan
suaminya) untuk melahirkan anak. Pendek kata, masa perkembangan peradaban
Yunani, wanita hanya melayani cinta dan hawa nafsu.
Aristotles tidak
berpandangan baik terhadap kaum wanita. Dalam pandangannya, wanita adalah
manusia yang serba kekurangan. Kehidupan dalam rumahtangga adalah kehidupan
yang impian, dan adalah silap untuk menyamakan setingkat laki-laki. Menurut
Plato, keberanian laki-laki adalah dalam kepimpinan dan keberanian wanita
adalah dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rendah.
Zaman Yahudi
Pada zaman Yahudi,
sebahagian orang menjadikan anak perempuan setaraf pelayan, dan ayahnya berhak
menjualnya. Wanita boleh menerima waris, kecuali bila ayahnya tidak mempunyai
keturunan anak-anak lelaki. Dalam ‘Sifr ALJamiah’ dinyatakan, “Aku dan hatiku
berkeliling untuk menyelidiki dan mencari hikmat dan akal, dan untuk mengetahui
kejahatan adalah kebodohan, dan untuk mengetahui kedunguan adalah kegilaan. Aku
mendapatkan yang lebih buruk dari maut adalah wanita yang merupakan jaring,
sedang tangannya adalah perangkap dan tali”.
Pepatah orang
China mengatakan, “Dengarkanlah isterimu dan jangan mempercayainya”.
Pepatah Russia
mengatakan, “Tidaklah anda dapatkan dalam setiap sepuluh wanita kecuali satu
jiwa.”
Pepatah Itali
mengatakan, “Kendali itu untuk beradu cepat dan kuda lumba, sedangkan tongkat
itu untuk wanita yang buruk akhlaknya.”
Pepatah Sepanyol
mengatakan, “Takutilah wanita yang buruk tingkah lakunya dan jangan membanggakan
wanita mulia.”
Penganut Hindu
Disebutkan dalam
hukum-hukum Hindu, wabah kematian, neraka, racun, ular dan api lebih baik
daripada wanita.
Disebutkan dalam
hukum Manu iaitu sebahagian dari ajaran Hindu, bahawa pada masa kecil wanita
tunduk kepada ayahnya, pada masa muda tunduk kepada suaminya, pada masa
jandanya tunduk kepada anak-anaknya. Dan ketika dia tidak mempunyai anak dan
sanak saudara, ia tunduk kepada kerabat suaminya dan tidak boleh urus dirinya
sendiri.
Bangsa Romawi
Dinyatakan dalam
hukum Romawi, perempuan dianggap hamba lelaki dan sebagai barang dagangan murah
yang dapat dipergunakan sebagaimana dikehendaki. Ia menguasai wanita
sekehendaknya sehingga hidupnya menjadi milik ayahnya, kemudian suaminya,
kemudian anak-anaknya. Pemilikan mereka terhadapnya sama lah seperti memiliki
haiwan dan benda mati. Laki-laki melihat kepada perempuan sebagai pembangkit
syahwat dan perempuan itu syaitan dan kotor, dan ia tidak memiliki kekuasaan
atas kebetinaannya.
Patut kita ketahui
penghinaan dan ejekan yang dialami wanita Romawi, iaitu ketika orang-orang
Romawi berkumpul untuk membahas hal ehwal kaum wanita. Mereka memutuskan bahawa
wanita adalah makhluk yang berjiwa dan tidak akan mewarisi kehidupan ukhrawi
sedangkan dirinya kotor dan tidak boleh makan daging, tidak boleh tertawa dan
tidak boleh berbicara. Wanita harus menghabiskan seluruh waktunya dalam layanan
dan bersikap tunduk.
Mereka menghina
wanita antara lain dengan melarangnya bicara sehingga wanita sejak mula
merangkak hingga boleh berjalan, kemudian bekerja di rumahnya tanpa mengucapkan
suatu kata apa pun. Apabila berbicara ia akan menimbulkan bencana. Kerana
percakapannya adalah alat merayu. Larangan tersebut adalah undang-undang yang
dikeluarkan oleh anggota Dewan Tribunal Romawi yang mengharamkan wanita
memiliki lebih emas, dan memakai baju berwarna warni serta menaiki kereta
hingga sejauh satu batu dari Rome, kecuali perayaan-perayaan umum yang
tertentu.
Ada suku bangsa
yang menganjurkan wanita yang ditinggal mati suaminya agar bunuh diri. Isteri
yang malang terjun dari tempat yang tinggi sehingga patah lehernya atau patah
tulang rusuknya. Adakalanya wanita membakar dirinya di dalam api yang digunakan
untuk membakar jasad suaminya.
Orang-orang Mesir Kuno
Wanita di kalangan
mereka mempunyai kedudukan yang tinggi dan hal ini nampak dalam penyembahan
Isis, dewi keibuan, cinta dan kecantikan serta lambang bulan.
Isis melambangkan
kesuburan seperti wanita. Wanita Mesir juga dibebani kekuasaan dan tunduk di
atas takhta kerajaan. Ratu pertama yang memerintah menurut sejarah ialah
Hatshapsut.
Oleh kerana wanita
dianggap makhluk yang tinggi, maka hukum-hukum peradaban Mesir memperlakukan
dengan baik. Hal itu dapat kita saksikan dengan jelas dalam sejarah penulisan
Mesir. Ditemukan lembaran-lembaran kertas dekat Taibah yang mencantumkan
nasihat-nasihat Tahotep yang berbunyi;
“Apabila engkau
menjadi seorang lelaki yang berkedudukan, dirikanlah rumahtangga bagimu.
CIntailah isterimu di dalamnya dengan cinta yang tulus. Berilah dia
keperluannya berupa makanan dan pakaian. Dan berilah minyak wangi untuk
isterimu. Kerana boleh menyegarkan anggota-anggota tubuhnya dan jadikanlah dia
bahagia selama engkau hidup, kerana isteri adalah cermin suaminya yang
memantulkan segala upaya yang dicurahkannnya demi kebahagiaannya. Jangan lah
engkau bersikap kasar di dalam rumah. Kerana kelembutan itu mendekatkan hati
wanita, sedang kekasaran itu menjauhkannya.”
Zaman jahiliyah Arab
Di zaman itu
wanita mendapat penghormatan yang amat sedikit sekali, pada waktu-waktu
tertentu di kalangan sebahagian kecil bangsa Arab. Ramai wanita dianiayai.
Beberapa contoh
terburuk perlakuan bahkan paling kejam ialah menguburkan bayi hidup-hidup. Bayi
perempuan di kalangan Arab zama jahiliyah amat menyedihkan dan sangat hina.
Banyak kes penguburan hidup-hidup bayi yang tidak berdosa.
Allah S.w.t
berfirman yang maksudnya, “Dan
apabila seseorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan,
hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. “ Surah An Nahl : Ayat 58
“Ia menyembunyikan
dirinya dari orang ramai disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya.
Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan atakah akan
menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup), ketahuilah alangkah buruknya apa
yang mereka tetapkan itu.” Surah An Nahl : Ayat 59
“Dan demikianlah
pemimpin-pemimpin mereka menjadikan orang-orang musyrik itu menganggap baik
membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan
mereka bagi agama mereka. Dan kalau Allah mengkehendaki, nescaya mereka tidak
mengerjakannya, tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” Surah Al An’am : Ayat 137
Kes bunuh bayi
hidup-hiduo itu dilakukan kerana takut jatuh miskin. Ini seperti yang
diberitahu oleh Imam Al Qurthubi, “Di antara bangsa Arab ada yang membunuh
anaknya kerana takut miskin, sebagaimana disebutkan Allah S.w.t. Di antara
mereka ada yang membunuhnya secara kejam, tanpa alasan apa pun mereka membunuh.
Mereka adalah suku-suku Rabiah dan Mudlar yang membunuh anak-anak perempuan
demi harga diri.”
Diriwayatkan,
seorang lelaki sahabat Rasulullah S.a.w nampak susah di hadapan Rasulullah
S.a.w. Kemudian Rasulullah S.a.w bertanya kepadanya, “Mengapa engkau bersedih?”
Orang itu menjawab
, “Ya Rasulullah, aku telah berbuat dosa di zaman jahiliyah dan takut Allah
tidak mengampuni jika aku masuk Islam.”
Baginda berkata,
“Ceritakanlah kepadaku tentang hal itu.”
Orang itu berkata,
“Ya Rasulullah, aku termasuk antara orang-orang yang membunuh anak-anak
perempuan. Tatkala aku mendapat anak perempuan, isteriku memohon dariku agar
membiarkannya. Aku pun membiarkannya sampai besar dan menjadi wanita yang
paling cantik. Orang-orang meminangnya. Timbul rasa bangga dalam diriku dan
hatiku tidak mengizinkan untuk mengahwinkannya dan membiarkannya di rumah tanpa
kahwin.
Aku berkata kepada
isteriku, aku ingin pergi ke suku lain untuk mengunjungi para kerabatku dan
ingin membawa puteriku. Isteriku gembira atas hal itu dan menghiasinya baju
cantik dan barang perhiasan. Ia minta agar aku berjanji untuk tidak
mengkhianatinya. Aku pergi bersamanya menuju tepi sebuah sumur. Kemudian aku
memandang ke dalam sumur itu. Anak perempuan itu mengerti, aku akan
melemparkannya ke dalam sumur. Ia pun memelukku dan mulai menangis seraya
berkata, “Wahai ayahku, apakah yang akan engkau lakukan terhadapku?”
Aku pun kasihan
kepadanya , kemudian aku memandang ke dalam sumur dan timbul rasa bangga
paadku. Kemudian ia memelukku dan berkata, :Wahai ayahku, janganlah engkau
mengkhianati amanah ibuku.”
Aku terus memandang
ke dalam sumur dan memandangnya pula hingga syaitan mengalahkan aku, lalu ku
pegang dia dan ku campakkan ke dalam sumur kemudian ia berteriak di dalam
sumur, “Wahai ayah, engkau telah membunuhku!”
Aku tinggal di
situ hingga lenyap suaranya , lalu aku pulang. Menangislah Rasulullah
S.a.w dan para sahabatnya, baginda berkata;
“Andaikata aku
disuruh menghukum seseorang lantaran perbuatan dilakukannya di zaman jahiliyah,
nescaya aku menghukummu.”
Wanita juga
bertindak bengis terhadap anak perempuan di zaman jahiliyah seperti yang
dilakukan oleh lelaki. Menurut Ibnu Abbad, wanita di zaman jahiliyah ada yang
bila mengandung, ia menggali lubang dan berbaring di tepinya. Apabila lahir
bayi perempuan, ia akan mencampakkannya ke dalam lubang tersebut dan menanamnya
hidup-hidup, tetapi apabila bayi lelaki yang lahir maka ia pun
membiarkannya hidup.
Menurut Qatadah,
suku Mudlar dan Khuzaah menguburkan anak-anak perempuan hidup-hidup dan yang
paling kejam antara mereka ialah dari Bani Tamim. Mereka takut tertindas.
Penghinaan
terhadap wanita di zaman jahiliyah Arab bukan hanya terbatas kepada penguburan
bayi hidup-hidup, tetapi kehinaan itu meliputi seluruh segi kehidupan mereka,
seperti wanita dijadikan hamba seks, hamba abdi yang boleh diperintahkan apa saja
dan tidak mempunyai apa-apa hak.
Setelah kedatangan
Islam, martabat kaum wanita diangkat dan dimuliakan. Tiada lagi diskriminasi
terhadap kaum wanita dan mereka juga mempunyai hak-hak tertentu di dalam
kehidupan. Begitulah adilnya Islam terhadap kaum wanita dan telah membebaskan
mereka dari diskriminasi yang telah sekian lama membelenggu diri mereka,
alhamdulillah …….
Wanita kini
Dan sebagai
pengajaran juga kepada wanita sekarang , yang begitu mahu bersaing dan ada yang
mahu melebihi kaum lelaki. Semoga kita tidak mudah lupa diri dan begitu
kejarkan kejayaan duniawi yang sementara. Ini kerana jika dilihat di kebanyakan
universiti negara kita sekarang, rata2 nya dipenuhi oleh kaum wanita. Maka
tidak mustahil lah suatu masa nanti akan semakin banyak isteri berkerjaya
sedangkan suami menjadi suri rumah, yang mana telah pun wujud sekarang.
Alasan yang
diberikan oleh kaum wanita masuk universiti adalah untuk menimba ilmu. Saya nak
tanya, ilmu tu hanya ada di universiti sahaja ke? Sedangkan zaman
sekarang sudah melimpah ruah media massa, ilmu boleh dikutip dari mana-mana
sahaja asalkan sumbernya itu sumber yang betul dan diiktiraf. Ini lah akibatnya
jika kerajaan tidak menapis betul-betul sistem kerja di negara kita dan masih
mengguna pakai undang2 British.
Keadaan ini adalah
begitu bertentangan sekali dengan lumrah hidup manusia sendiri iaitu dari
dahulu lagi , orang lelaki yang mencari rezeki sedangkan perempuan jaga rumah
dan anak2. Keadaan yang mula berubah sekarang adalah satu rekod sejarah, kerana
tidak pernah berlaku di zaman dahulu lelaki jaga anak manakala wanita bekerja
di luar rumah. Ini lah namanya akhir zaman, maka hati-hati lah kaum wanita ya.
Jangan keranamu kaum lelaki tidak ada pekerjaan dan menganggur. Dunia akan
menjadi rosak jika keadaan sebegini semakin berterusan. Apa gunanya anda
berkerjaya mewah dan tinggi sedangkan ramai lelaki yang menjadi penghisap dadah
, peragut, pemecah rumah, perogol dan perompak? Siapa yang susah nanti?
Kita semua juga …….
Kita saksikan
sahaja lah rekod2 jenayah yang sudah meningkat di dalam dunia sekarang ini.
Akibat dari Undang2 Islam
diabaikan dan diguna pakai undang2 yang merapu ciptaan manusia yang bukannya
semakin membina bahkan semakin meruntuhkan lebih-lebih lagi runtuh akhlak dan
peradaban.
Apa lagi wanita
sekarang ramai yang gilakan pangkat dan jawatan tinggi2 serta bergaji lumayan.
Ini pun satu penyakit yang tidak disedari ramai dan telah menjadi suatu perkara
yang biasa. Sedangkan ia boleh menjejaskan kehidupan manusia itu sendiri suatu
masa nanti. Wanita sekarang suka menjadi pemimpin, sedangkan jawatan
kepemimpinan amat tidak sesuai dengan mereka. Kaum wanita hanya sesuai menjadi
golongan penasihat, bukannya menjadi imam atau pemimpin. Itu yang perlu
difikirkan kembali.
“Kaum lelaki itu adalah
pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan, kerana
Allah telah melebihkan orang lelaki (daripada beberapa keistimewaan) atas
orang-orang perempuan, dan juga kerana orang lelaki telah membelanja (memberi
nafkah) sebahagian dari harta mereka”. Surah an-Nisa’ : Ayat 34.
Ayat di atas
dengan jelas dan terang (muhkam) menyatakan bahawa orang lelaki adalah pemimpin
dan mempunyai kelebihan ke atas orang2 perempuan. Maka adakah kita masih tidak
berpuas hati dengan firman Allah? Mahu mencari alasan lagi? Siapa kita
untuk mempertikaikan firman Allah?
Rasulullah s.a.w.
bersabda maksudnya: “Suami adalah penjaga
(pemimpin) terhadap kaum keluarga dan ia dipertanggungjawabkan terhadap
orang-orang di bawah jagaannya dan isteri adalah penjaga (pemimpin) di dalam
rumah tangga suaminya dan anak-anaknya dan dipertanggungjawabkan terhadap
orang-orang yang di bawah tanggungannya” Hadith riwayat Bukhari.
Di dalam hadith di
atas pun telah dibataskan kepimpinan isteri. Isteri tetap di bawah suami dan
hanya boleh memimpin anak-anaknya. Kerana itu lah amat tidak sesuai
sekali seorang wanita menjadi pemimpin sebuah masyarakat di mana masyarakat
tersebut masih mempunyai ramai orang lelaki. Adakah lelaki-lelaki itu semua
tidak pandai memimpin sehingga terpaksa menggunakan khidmat wanita untuk
menjadi pemimpin. Perkara ini juga perlu dikaji semula, kerana kesan pengaruh
British terhadap perjalanan kehidupan di negara-negara bekas jajahan mereka
banyak terpengaruh dengan cara hidup mereka.
Menurut Imam Hasan
Al-Banna, wanita tidak dibenarkan menjawat apa-apa jawatan di wilayah ‘ammah
atau wazarah tafwid seperti kepimpinan ketenteraan (wilayah jihad), wilayah
hisbah, wilayah kehakiman, wilayah haji, wilayah kharaj dan lain-lain bentuk
umum. Selain dalil-dalil biasa dari Al-quran dan al-Hadith, beliau juga
berdalilkan ijma’ amali yang menunjukkan bahawa sejak zaman Rasul SAW, baginda
tidak pernah melantik kepimpinan umum di kalangan wanita dan hal ini berterusan
hinggalah jatuhnya empayar Islam Uthmaniyyah. Malah Rasulullah SAW dan para
sahabat juga tidak pernah melantik ahli keanggotaan syura ( ahl al-hal wal aqd
) dari kalangan wanita.
“Tidak akan pernah
beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan) mereka kepada
seorang wanita” Hadith Riwayat
Bukhari
Dan hujjah yang
kukuh lagi tentang tidak layaknya wanita menjadi pemimpin lebih2 lagi pemimpin
sebuah negara ialah tidak berlaku langsung pada zaman Nabi Muhammad S.a.w dan
para sahabat bahawa mereka mengangkat seorang wanita menjadi KHALIFAH.
Itu sudah nyata dan terang bagi kita. jika benar wanita itu layak, sudah
pasti lah telah dicontohi oleh Nabi dan sahabat kerana mereka adalah contoh
TERBAIK kita. Sedangkan dalam hal berpoligami pun telah dicontohi oleh Nabi
Muhammad S.a.w, adalah tidak munasabah tidak dicontohi wanita menjadi pemimpin,
jika benarlah wanita itu layak untuk memimpin rakyat.
Ada pendapat yang
mengatakan wanita boleh menjadi pemimpin berdasarkan kepada peristiwa Ratu
Balqis di zaman Nabi Sulaiman. Tetapi perlu difikirkan semula, Ratu Balqis di
zaman mana? Dan apa yang jadi selepas dia sudah kahwin dengan Nabi
Sulaiman? Tetap Nabi Sulaiman menjadi pemimpin. Dan seperti hujjah di
atas, tiada dicontohi oleh Nabi dan para sahabat mengangkat wanita menjadi
khalifah.
Banyak syarikat
sekarang ini mahu mengambil pekerja yang hanya wanita sahaja. Kerana biasanya
wanita yang melariskan lagi perniagaan mereka. Ini pun satu hal yang
menyebabkan semakin ramai wanita bekerja dan lelaki menganggur. Senario
ini sepatutnya dikaji dan di teliti kembali agar ianya tidak semakin parah di
kemudian hari. Mencegah lebih baik dari merawat.
Dan saya tidak
mengatakan bahawa kaum wanita tidak boleh bekerja sama sekali. Tetapi kajian
perlu diadakan semula bagi menilai mana pekerjaan yang sesuai dan mana
pekerjaan yang sepatutnya di serahkan kepada kaum lelaki sahaja. Ini bagi
mengelakkan terjadinya;
- Pengabaian
terhadap anak2 dalam rumahtangga.
- Penambahan
pengangguran di kalangan lelaki.
- Peningkatan
penghisap dadah.
- Peningkatan
kadar jenayah yang disebabkan lelaki tidak bekerja dan menghisap dadah
terutamanya.
- Berlaku fitrah
kemanusiaan yang songsang iaitu perempuan bekerja di luar sedangkan lelaki jaga
anak dan menjadi suri rumah.
- Masyarakat
semakin tidak beruntung kerana di pimpin oleh ramai orang perempuan (sesuai
dengan maksud hadith riwayat Bukhari di atas).
Sebagai tambahan
kepada tulisan kali ini, saya menyeru kepada kaum wanita agar membaca elok2
tulisan dari Ustaz Zaharuddin di bawah ini.
BUNGA YANG CANTIK JARANG HARUM…
27 Jul
Wanita sinonim dengan kecantikan. Istilah “cermin”
dalam bahasa Arab dekat sangat dengan wanita – kerana cermin itu dekat pula
dengan kecantikan. Bercermin untuk kelihatan cantik. Ke mana-mana wanita pergi,
cermin ada di sisi.
Bagi yang tidak
cantik bagaimana? Mereka bukan wanita?
Tunggu dulu,
setiap yang Allah cipta pasti indah kerana Allah itu Maha Indah dan suka pada
keindahan. Tuhan tidak mencipta manusia hodoh, Tuhan hanya mencipta manusia
dengan kecantikan berbeza. Jadi, ingat itu… setiap wanita berhak untuk cantik!
Soalnya, di
manakah letaknya kecantikan sebenar pada seorang wanita? Kalau kita tanyakan
kepada para lelaki maka sudah pasti kita akan temui pelbagai jawapan. Ada yang
merasakan kecantikan wanitaitu pada wajah, pada bentuk tubuh, pada
kebijaksanaan atau pada tingkah lakunya.
Dan pada yang
menyatakan kecantikan pada wajah pula terbahagi kepada pelbagai pandangan, ada
yang mengatakan kecantikannya terletak pada hidung, pada mata dan sebagainya.
Pendekata kecantikan itu bagi anggapan sesetengah orang sangat relatif
sifatnya. Lain orang, lain penilaiannya.
Namun sebagai
seorang Islam, kita tentulah ada kayu ukur tersendiri untuk menilai kecantikan.
Kita tentunya mengukur kecantikan wanita mengikut kayu ukur Islam. Dan tentu
sahaja kecantikan yang menjadi penilaian Islam adalah lebih hakiki dan abadi
lagi.
Misalnya, kalaulah
kecantikan itu hanya terletak pada wajah, wajah itu lambat-laun akan dimakan
usia. Itu hanya bersifat sementara. Apabila usia meningkat, kulit akan berkedut
tentulah wajah tidak cantik lagi. Jadi tentulah ini bukan ukuran kecantikan
yang sejati dan abadi.
Sebagai hamba
Allah, kita hendaklah melihat kecantikan selaras dengan penilaian Allah atas
keyakinan apa yang dinilai oleh-Nya lebih tepat dan betul. Apakah kecantikan
yang dimaksudkan itu? Kecantikan yang dimaksudkan ialah kecantikan budi pekerti
ataupun akhlak. Itulah misi utama kedatangan Rasulullah SAW – untuk
menyempurnakan akhlak manusia.
Kecantikan akhlak
jika ada pada seseorang, lebih kekal. Inilah kecantikan yang hakiki mengikut
penilaian Allah. Hancur badan dikandung tanah, budi baik di kenang juga.
Kecantikan akhlak ini juga adalah satu yang lebih abadi. Kata pepatah
lagi, hutang budi dibawa mati. Malah akhlak yang baik juga sangat disukai oleh
hati manusia. Contohnya, kalaulah ada orang yang wajahnya sahaja cantik tetapi
akhlaknya buruk, pasti dia akan dibenci.
Ya, mata menilai
kecantikan pada rupa. Akal menilai pada fikiran. Nafsu menilai pada bentuk
tubuh. Tetapi hati tentulah pada akhlak dan budi. Kecantikan akhlak ini
diterima oleh semua orang. Katalah orang jujur, siapapun suka. Semua orang
sepakat menyayangi orang yang jujur itu disukai. Sedangkan jika menurut ukuran
rupa, penilaian manusia tetap tidak sama. Sebab itu ada pepatah yang
mengatakan, ‘beauty in the eye of beholder’.
Rasulullah saw
juga telah pernah menegaskan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah.
Wanita solehah ialah perhiasan rumah-tangga, perhiasan masyarakat dan perhiasan
negara. Jika ada ibu yang solehah, anak-anaknya tentu mendapat manfaat. Mereka
akan terdidik dengan baik.
Jika ada isteri
yang solehah, suami pun akan mendapat manfaat. Para isteri ini akan memudahkan
urusan rumah-tangga, menjalinkan hubungan keluargha dengan penuh kasih-sayang
dan lain-lain. Tuturkatanya baik, tingkah lakunya baik, senyumannya menawan dan
segala-galanya indah… mereka bayangan bidadari syurga di dunia ini.
Kenapa banyak
wanita yang memiliki kecantikan tetapi musnah hidupnya? Ada ungkapan yang
berbunyi, kemusnahan akan menimpa bilawanita mula merasai dirinya cantik dan
mempamirkan kecantikan. Sejauhmana benarnya, wallahua’lam. Tetapi apa yang
pasti, menurut Islam jika kecantikan tidak disertai iman yang kuat, maka
pemiliknya akan hilang kawalan diri. Akibatnya ramai wanita cantik diperdayakan
oleh syaitan untuk menggoda manusia melakukan kemungkaran. Lihatlah di
sekeliling kita. Kata orang, bunga yang cantik jarang yang harum! Ini sudah menjadi
sesuatu yang lumrah.
Tanpa iman,
kecantikan akan dipergunakan ke arah kejahatan dan kemaksiatan, yang akhirnya
akan memusnahkan diri pemiliknya dan orang lain. Cuba kita lihat apa yang
terjadi kepada bintang filem barat (di sinipun apa kurangnya), ada yang
memporak-perandakan negara, rumah-tangga dan berakhir dengan sakit jiwa dan
bunuh diri.
Cantik tidak
salah, tetapi salah menggunakan kecantikkan itulah yang salah. Kata orang,
wanita yang cantik jarang berakhlak. Umpama bunga yang cantik, jarang yang wangi.
Tetapi kalau cantik dan berakhlak pula, inilah yang hebat. Umpama cantiknya
wanita solehah pada zaman nabi seperti Siti Aishah RA, Atikah binti Zaid dan
lain-lain.
Bagaimana mendapat
kecantikan sejati? Perlu kita faham kecantikan itu bermula dari dalam ke luar.
Bukan sebaliknya. Oleh itu pertama, tanamkan di dalam hati kita iman yang
benar-benar kuat berdasarkan ilmu yang tepat dan penghayatan yang tinggi. Iman
itu keyakinan, kasih sayang, kemaafan, sangka baik dan reda. Rasa-rasa ini
buktikanlah dengan perbuatan yang baik. Bila hati baik, wajah akan sentiasa
cantik.
Jadi perkara kedua
ialah susulilah iman itu dengan perbuatan yang baik. Ertinya, kita atur
kehidupan mengikut syariat atau peraturan Tuhan. Dan apabila iman ditanam,
syariat ditegakkan, akan berbuahlah akhlak yang mulia. Wajah, perilaku dan
peribadi kita akan nampak cantik sekali. Inilah yang dikatakan kecantikan yang
hakiki. Biar buruk rupa, jangan buruk perangai. Apa gunanya mulut yang cantik
kalau kita gunakan untuk mengumpat?
Ya, kecantikan
akhlak… boleh dimiliki oleh sesiapa sahaja, oleh yang rupawan mahupun yang
hodoh. Itu bukti keadilan Allah yang mencipta wanita dengan berbagai wajah dan
rupa… tapi peluangnya untuk “cantik” tetap serupa!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar