Minggu, 21 April 2013

Hakikat Cinta dalam Al-Quran



Hakikat Cinta dalam Al-Quran

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ [٣:١٤]


Sangsuwung.com - “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran (3): 14)
Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari ayat di atas, di antaranya:
1. Fitrah Manusia
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Dengan kesempurnaan itu Allah menghadirkan rasa cinta sebagai fitrah manusia. Dengan adanya rasa cinta tersebut, manusia dapat memandang segala sesuatu menjadi indah. Secara maknawi pada kalimat pertama di dalam Surat Ali-Imran (3) ayat 14, Allah SWT menerangkan kepada kita bahwa Allah telah memberi rasa cinta kepada manusia sehingga manusia cenderung memandang segala sesuatu menjadi terasa indah.
2. Cobaan Di Dunia
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ
Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia”
Pada kalimat kedua Surat Ali-Imran (3) ayat 14 Allah menyebutkan beberapa cobaan manusia di dunia. Cobaan yang pertama disebutkan Allah SWT dalam ayat tersebut adalah wanita, hal itu mengandung makna bahwa wanita (lawan jenis) merupakan cobaan terbesar kita di dunia. Hal ini bisa kita lihat dalam sebuah hadits shahih yang artinya:
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Tidaklah aku tinggalkan setelah kematianku kelak sebuah fitnah kekacauan yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki dari pada fitnah (yang disebabkan) wanita.” Shahih: Ash-Shahihah (2701). Muttafaq ‘Alaih.
3. Allah, Sebaik-Baik Tempat Kembali
وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”
Di penutup ayat tersebut Allah SWT mengakhirinya dengan memberitahu kita semua bahwa tempat kembali yang paling baik adalah di surga. Di dalam tafsir Ibnu Katsir, Ibnu Jarir meriwayatkan dari Umar bin Khatthab, setelah turun ayat “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Umar berkata: “Ya Tuhanku, sungguh keindahannya bagi kami.” Kemudian diturunkanlah ayat: “Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya”
Allohua’lam bishowab.

Perbandingan derajat wanita zaman sekarang dan wanita zaman dahulu

Pada zaman jahiliyah dulu, orang-orang arab sangat tidak menghargai perempuan, saking tidak menghargainya, ketika mereka memiliki anak perempuan, mereka mengkuburnya hidup-hidup, naudzubillahi min dzalik, namun mereka dalam keadaan tidak dihargai bukan karena kehendak mereka. Sebagaimana tertera dalam Al-Qur'an “Dan apabila seorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An Nahl: 58-59).

Tapi jaman sekarang, perempuan-perempuan kembali pada kondisi yang sama, aurat wanita diperjual belikan. Lihatlah di TV2, iklan-iklan, majalah-majalah, siapa yang jadi model? WANITA!!!Aurat mereka diperjual belikan, dan mirisnya beberapa dari mereka justru dengan sengaja dan pengen jadi model. Naudzu billahi min dzalik. Bahkan beberapa muslimah, mereka menjual aurat mereka dengan sengaja, padahal Islam telah memuliakan mereka. Bahkan dalam beberapa kasus yang paling parah, wanita diperjual belikan dalam arti bukan hanya aurat, tapi juga seluruh tubuh mereka.Di mata umat Islam, wanita begitu dihargai dan dihormati, tapi semua berubah ketika kaum seluler mulai beraksi. Semoga para wanita segera sadar dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan termasuk yang menjadi model,dll. Hargailah dirimu, agar engkau dihargai orang lain~.Ketika suara adalah aurat wanita, sekarang banyak yang menjual suara mereka. Mereka menyanyi dengan lemah gemulai.

Masalah aurat ini begitu penting. Karena itu, seharusnya para wanita berpakaian yang sesuai dengan syari'i. Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan dan kemaluan mereka. Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang (terpaksa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan dengan jilbab ke dada-dada mereka.” (QS. An-Nur: 31). Juga ada sabda Rasulullah...“Barangsiapa yang memanjangkan kainnya karena sombong maka Allah tidak akan melihatnya.” Ummu Salamah bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang harus dilakukan oleh para wanita dengan ujung pakaian mereka?” Beliau menjawab, “Kalian boleh memanjangkannya sejengkal.” Ummu Salamah bertanya lagi, “Jika begitu, maka kaki mereka akan terbuka!” Beliau menjawab, “Kalian boleh menambahkan satu hasta dan jangan lebih.” (HR. At-Tirmizi no. 1731 dan An-Nasai no. 5241). Mengapa alasan pakaian ini begitu penting?Simak hadits riwayat Abu Hurairah berikut,“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat:
(1) Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang dipergunakannya untuk memukul orang.
(2) Wanita-wanita yang berpakaian tetapi telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta.
Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari begini dan begini.” (HR. Muslim no. 2128).

Makna ‘berpakaian tetap telanjang’ adalah: Dia menutup sebagian auratnya tapi menampakkan sebagian lainnya. Dan ada yang menyatakan maknanya adalah: Dia menutupi seluruh auratnya tapi dengan pakaian yang tipis sehingga nampak bagian dalam tubuhnya.

Wahai wanita, Jadilah wanita yang didambakan oleh Islam...Bukan wanita yang didambakan oleh setiap lelaki~...

Wanita Penghuni Surga Itu…

Penulis: Ummu Rumman Siti Fatimah
Muraja’ah: ustadz Abu Salman
Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku menjawab, “Ya”
Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’
Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’
Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.
Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya”
Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”
Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?
Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?
Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.
Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.
Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.
Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.
Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.
Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.
Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”
Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.
Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.
Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???
Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”
Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.
Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)
Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.
Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.
Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?
Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.
Marji’:
Syarah Riyadhush Shalihin (terj). Jilid 1. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. Cetakan ke-3. Penerbit Darul Falah. 2007 M.

                                Kedudukan wanita sebelum Islam dan wanita kini


Assalaamu’alaikum w.b.t….. dan selamat sejahtera. Perbincangan tentang isu wanita sememangnya sampai bila pun tidak akan habis. Lebih-lebih lagi wanita di zaman moden ini yang semakin canggih dan mula menunjukkan belang. Berikut ini saya cedok petikan-petikan dari buku Suami Isteri Yang Engkar – Thana Abdullah Al Afif  , tentang kisah wanita sebelum kedatangan Islam. Dan kemudiannya saya akan mengulas sedikit tentang wanita pada zaman sekarang. Semoga kaum wanita semua berfikir dalam-dalam ya.
Wanita sebelum Rasulullah S.a.w , berdarjat tidak berguna kecuali untuk memelihara keturunan dan mengatur rumahtangga. Apabila isteri melahirkan anak yang tidak cantik mereka pun membunuhnya. Wanita yang ‘subur’ dipinjam oleh lelaki (bukan suaminya) untuk melahirkan anak. Pendek kata, masa perkembangan peradaban Yunani, wanita hanya melayani cinta dan hawa nafsu.
Aristotles tidak berpandangan baik terhadap kaum wanita. Dalam pandangannya, wanita adalah manusia yang serba kekurangan. Kehidupan dalam rumahtangga adalah kehidupan yang impian, dan adalah silap untuk menyamakan setingkat laki-laki. Menurut Plato, keberanian laki-laki adalah dalam kepimpinan dan keberanian wanita adalah dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang rendah.

Zaman Yahudi
Pada zaman Yahudi, sebahagian orang menjadikan anak perempuan setaraf pelayan, dan ayahnya berhak menjualnya. Wanita boleh menerima waris, kecuali bila ayahnya tidak mempunyai keturunan anak-anak lelaki. Dalam ‘Sifr ALJamiah’ dinyatakan, “Aku dan hatiku berkeliling untuk menyelidiki dan mencari hikmat dan akal, dan untuk mengetahui kejahatan adalah kebodohan, dan untuk mengetahui kedunguan adalah kegilaan. Aku mendapatkan yang lebih buruk dari maut adalah wanita yang merupakan jaring, sedang tangannya adalah perangkap dan tali”.
Pepatah orang China mengatakan, “Dengarkanlah isterimu dan jangan mempercayainya”.
Pepatah Russia mengatakan, “Tidaklah anda dapatkan dalam setiap sepuluh wanita kecuali satu jiwa.”
Pepatah Itali mengatakan, “Kendali itu untuk beradu cepat dan kuda lumba, sedangkan tongkat itu untuk wanita yang buruk akhlaknya.”
Pepatah Sepanyol mengatakan, “Takutilah wanita yang buruk tingkah lakunya dan jangan membanggakan wanita mulia.”

Penganut Hindu
Disebutkan dalam hukum-hukum Hindu, wabah kematian, neraka, racun, ular dan api lebih baik daripada wanita.
Disebutkan dalam hukum Manu iaitu sebahagian dari ajaran Hindu, bahawa pada masa kecil wanita tunduk kepada ayahnya, pada masa muda tunduk kepada suaminya, pada masa jandanya tunduk kepada anak-anaknya. Dan ketika dia tidak mempunyai anak dan sanak saudara, ia tunduk kepada kerabat suaminya dan tidak boleh urus dirinya sendiri.

Bangsa Romawi
Dinyatakan dalam hukum Romawi, perempuan dianggap hamba lelaki dan sebagai barang dagangan murah yang dapat dipergunakan sebagaimana dikehendaki. Ia menguasai wanita sekehendaknya sehingga hidupnya menjadi milik ayahnya, kemudian suaminya, kemudian anak-anaknya. Pemilikan mereka terhadapnya sama lah seperti memiliki haiwan dan benda mati. Laki-laki melihat kepada perempuan sebagai pembangkit syahwat dan perempuan itu syaitan dan kotor, dan ia tidak memiliki kekuasaan atas kebetinaannya.
Patut kita ketahui penghinaan dan ejekan yang dialami wanita Romawi, iaitu ketika orang-orang Romawi berkumpul untuk membahas hal ehwal kaum wanita. Mereka memutuskan bahawa wanita adalah makhluk yang berjiwa dan tidak akan mewarisi kehidupan ukhrawi sedangkan dirinya kotor dan tidak boleh makan daging, tidak boleh tertawa dan tidak boleh berbicara. Wanita harus menghabiskan seluruh waktunya dalam layanan dan bersikap tunduk.
Mereka menghina wanita antara lain dengan melarangnya bicara sehingga wanita sejak mula merangkak hingga boleh berjalan, kemudian bekerja di rumahnya tanpa mengucapkan suatu kata apa pun. Apabila berbicara ia akan menimbulkan bencana. Kerana percakapannya adalah alat merayu. Larangan tersebut adalah undang-undang yang dikeluarkan oleh anggota Dewan Tribunal Romawi yang mengharamkan wanita memiliki lebih emas, dan memakai baju berwarna warni serta menaiki kereta hingga sejauh satu batu dari Rome, kecuali perayaan-perayaan umum yang tertentu.
Ada suku bangsa yang menganjurkan wanita yang ditinggal mati suaminya agar bunuh diri. Isteri yang malang terjun dari tempat yang tinggi sehingga patah lehernya atau patah tulang rusuknya. Adakalanya wanita membakar dirinya di dalam api yang digunakan untuk membakar jasad suaminya. 

Orang-orang Mesir Kuno
Wanita di kalangan mereka mempunyai kedudukan yang tinggi dan hal ini nampak dalam penyembahan Isis, dewi keibuan, cinta dan kecantikan serta lambang bulan.
Isis melambangkan kesuburan seperti wanita. Wanita Mesir juga dibebani kekuasaan dan tunduk di atas takhta kerajaan. Ratu pertama yang memerintah menurut sejarah ialah Hatshapsut.
Oleh kerana wanita dianggap makhluk yang tinggi, maka hukum-hukum peradaban Mesir memperlakukan dengan baik. Hal itu dapat kita saksikan dengan jelas dalam sejarah penulisan Mesir. Ditemukan lembaran-lembaran kertas dekat Taibah yang mencantumkan nasihat-nasihat Tahotep yang berbunyi;
“Apabila engkau menjadi seorang lelaki yang berkedudukan, dirikanlah rumahtangga bagimu. CIntailah isterimu di dalamnya dengan cinta yang tulus. Berilah dia keperluannya berupa makanan dan pakaian. Dan berilah minyak wangi untuk isterimu. Kerana boleh menyegarkan anggota-anggota tubuhnya dan jadikanlah dia bahagia selama engkau hidup, kerana isteri adalah cermin suaminya yang memantulkan segala upaya yang dicurahkannnya demi kebahagiaannya. Jangan lah engkau bersikap kasar di dalam rumah. Kerana kelembutan itu mendekatkan hati wanita, sedang kekasaran itu menjauhkannya.”

Zaman jahiliyah Arab
Di zaman itu wanita mendapat penghormatan yang amat sedikit sekali, pada waktu-waktu tertentu di kalangan sebahagian kecil bangsa Arab. Ramai wanita dianiayai.
Beberapa contoh terburuk perlakuan bahkan paling kejam ialah menguburkan bayi hidup-hidup. Bayi perempuan di kalangan Arab zama jahiliyah amat menyedihkan dan sangat hina. Banyak kes penguburan hidup-hidup bayi yang tidak berdosa. 
Allah S.w.t berfirman yang maksudnya, “Dan apabila seseorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya dan dia sangat marah. “  Surah An Nahl : Ayat 58
“Ia menyembunyikan dirinya dari orang ramai disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan atakah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup), ketahuilah alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”  Surah An Nahl : Ayat 59
“Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka menjadikan orang-orang musyrik itu menganggap baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka  dan untuk mengaburkan mereka bagi agama mereka. Dan kalau Allah mengkehendaki, nescaya mereka tidak mengerjakannya, tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”  Surah Al An’am : Ayat 137
Kes bunuh bayi hidup-hiduo itu dilakukan kerana takut jatuh miskin. Ini seperti yang diberitahu oleh Imam Al Qurthubi, “Di antara bangsa Arab ada yang membunuh anaknya kerana takut miskin, sebagaimana disebutkan Allah S.w.t. Di antara mereka ada yang membunuhnya secara kejam, tanpa alasan apa pun mereka membunuh. Mereka adalah suku-suku Rabiah dan Mudlar yang membunuh anak-anak perempuan demi harga diri.”
Diriwayatkan, seorang lelaki sahabat Rasulullah S.a.w nampak susah di hadapan Rasulullah S.a.w. Kemudian Rasulullah S.a.w bertanya kepadanya, “Mengapa engkau bersedih?”  
Orang itu menjawab , “Ya Rasulullah, aku telah berbuat dosa di zaman jahiliyah dan takut Allah tidak mengampuni jika aku masuk Islam.”
Baginda berkata, “Ceritakanlah kepadaku tentang hal itu.”
Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, aku termasuk antara orang-orang yang membunuh anak-anak perempuan. Tatkala aku mendapat anak perempuan, isteriku memohon dariku agar membiarkannya. Aku pun membiarkannya sampai besar dan menjadi wanita yang paling cantik. Orang-orang meminangnya. Timbul rasa bangga dalam diriku dan hatiku tidak mengizinkan untuk mengahwinkannya dan membiarkannya di rumah tanpa kahwin. 
Aku berkata kepada isteriku, aku ingin pergi ke suku lain untuk mengunjungi para kerabatku dan ingin membawa puteriku. Isteriku gembira atas hal itu dan menghiasinya baju cantik dan barang perhiasan. Ia minta agar aku berjanji untuk tidak mengkhianatinya. Aku pergi bersamanya menuju tepi sebuah sumur. Kemudian aku memandang ke dalam sumur itu. Anak perempuan itu mengerti, aku akan melemparkannya ke dalam sumur. Ia pun memelukku dan mulai menangis seraya berkata, “Wahai ayahku, apakah yang akan engkau lakukan terhadapku?”
Aku pun kasihan kepadanya , kemudian aku memandang ke dalam sumur dan timbul rasa bangga paadku. Kemudian ia memelukku dan berkata, :Wahai ayahku, janganlah engkau mengkhianati amanah ibuku.” 
Aku terus memandang ke dalam sumur dan memandangnya pula hingga syaitan mengalahkan aku, lalu ku pegang dia dan ku campakkan ke dalam sumur kemudian ia berteriak di dalam sumur, “Wahai ayah, engkau telah membunuhku!”
Aku tinggal di situ hingga lenyap suaranya , lalu aku pulang.  Menangislah Rasulullah S.a.w dan para sahabatnya, baginda berkata;
“Andaikata aku disuruh menghukum seseorang lantaran perbuatan dilakukannya di zaman jahiliyah, nescaya aku menghukummu.”
Wanita juga bertindak bengis terhadap anak perempuan di zaman jahiliyah seperti yang dilakukan oleh lelaki. Menurut Ibnu Abbad, wanita di zaman jahiliyah ada yang bila mengandung, ia menggali lubang dan berbaring di tepinya. Apabila lahir bayi perempuan, ia akan mencampakkannya ke dalam lubang tersebut dan menanamnya hidup-hidup,  tetapi apabila bayi lelaki yang lahir maka ia pun membiarkannya hidup.
Menurut Qatadah, suku Mudlar dan Khuzaah menguburkan anak-anak perempuan hidup-hidup dan yang paling kejam antara mereka ialah dari Bani Tamim. Mereka takut tertindas.
Penghinaan terhadap wanita di zaman jahiliyah Arab bukan hanya terbatas kepada penguburan bayi hidup-hidup, tetapi kehinaan itu meliputi seluruh segi kehidupan mereka, seperti wanita dijadikan hamba seks, hamba abdi yang boleh diperintahkan apa saja dan tidak mempunyai apa-apa hak.
Setelah kedatangan Islam, martabat kaum wanita diangkat dan dimuliakan. Tiada lagi diskriminasi terhadap kaum wanita dan mereka juga mempunyai hak-hak tertentu di dalam kehidupan. Begitulah adilnya Islam terhadap kaum wanita dan telah membebaskan mereka dari diskriminasi yang telah sekian lama membelenggu diri mereka, alhamdulillah …….

Wanita kini
Dan sebagai pengajaran juga kepada wanita sekarang , yang begitu mahu bersaing dan ada yang mahu melebihi kaum lelaki. Semoga kita tidak mudah lupa diri dan begitu kejarkan kejayaan duniawi yang sementara. Ini kerana jika dilihat di kebanyakan universiti negara kita sekarang, rata2 nya dipenuhi oleh kaum wanita. Maka tidak mustahil lah suatu masa nanti akan semakin banyak isteri berkerjaya sedangkan suami menjadi suri rumah, yang mana telah pun wujud sekarang. 
Alasan yang diberikan oleh kaum wanita masuk universiti adalah untuk menimba ilmu. Saya nak tanya, ilmu tu hanya ada di universiti sahaja ke?  Sedangkan zaman sekarang sudah melimpah ruah media massa, ilmu boleh dikutip dari mana-mana sahaja asalkan sumbernya itu sumber yang betul dan diiktiraf. Ini lah akibatnya jika kerajaan tidak menapis betul-betul sistem kerja di negara kita dan masih mengguna pakai undang2 British.
Keadaan ini adalah begitu bertentangan sekali dengan lumrah hidup manusia sendiri iaitu dari dahulu lagi , orang lelaki yang mencari rezeki sedangkan perempuan jaga rumah dan anak2. Keadaan yang mula berubah sekarang adalah satu rekod sejarah, kerana tidak pernah berlaku di zaman dahulu lelaki jaga anak manakala wanita bekerja di luar rumah. Ini lah namanya akhir zaman, maka hati-hati lah kaum wanita ya. Jangan keranamu kaum lelaki tidak ada pekerjaan dan menganggur. Dunia akan menjadi rosak jika keadaan sebegini semakin berterusan. Apa gunanya anda berkerjaya mewah dan tinggi sedangkan ramai lelaki yang menjadi penghisap dadah , peragut, pemecah rumah, perogol dan perompak? Siapa yang susah nanti?  Kita semua juga …….
Kita saksikan sahaja lah rekod2 jenayah yang sudah meningkat di dalam dunia sekarang ini. Akibat dari Undang2 Islam diabaikan dan diguna pakai undang2 yang merapu ciptaan manusia yang bukannya semakin membina bahkan semakin meruntuhkan lebih-lebih lagi runtuh akhlak dan peradaban.
Apa lagi wanita sekarang ramai yang gilakan pangkat dan jawatan tinggi2 serta bergaji lumayan. Ini pun satu penyakit yang tidak disedari ramai dan telah menjadi suatu perkara yang biasa. Sedangkan ia boleh menjejaskan kehidupan manusia itu sendiri suatu masa nanti. Wanita sekarang suka menjadi pemimpin, sedangkan jawatan kepemimpinan amat tidak sesuai dengan mereka. Kaum wanita hanya sesuai menjadi golongan penasihat, bukannya menjadi imam atau pemimpin. Itu yang perlu difikirkan kembali. 
“Kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang bertanggungjawab terhadap kaum perempuan, kerana Allah telah melebihkan orang lelaki (daripada beberapa keistimewaan) atas orang-orang perempuan, dan juga kerana orang lelaki telah membelanja (memberi nafkah) sebahagian dari harta mereka”. Surah an-Nisa’ : Ayat 34.
Ayat di atas dengan jelas dan terang (muhkam) menyatakan bahawa orang lelaki adalah pemimpin dan mempunyai kelebihan ke atas orang2 perempuan. Maka adakah kita masih tidak berpuas hati dengan firman Allah? Mahu mencari alasan lagi?  Siapa kita untuk mempertikaikan firman Allah?
Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya: “Suami adalah penjaga (pemimpin) terhadap kaum keluarga dan ia dipertanggungjawabkan terhadap orang-orang di bawah jagaannya dan isteri adalah penjaga (pemimpin) di dalam rumah tangga suaminya dan anak-anaknya dan dipertanggungjawabkan terhadap orang-orang yang di bawah tanggungannya” Hadith riwayat Bukhari. 
Di dalam hadith di atas pun telah dibataskan kepimpinan isteri. Isteri tetap di bawah suami dan hanya boleh memimpin anak-anaknya.  Kerana itu lah amat tidak sesuai sekali seorang wanita menjadi pemimpin sebuah masyarakat di mana masyarakat tersebut masih mempunyai ramai orang lelaki. Adakah lelaki-lelaki itu semua tidak pandai memimpin sehingga terpaksa menggunakan khidmat wanita untuk menjadi pemimpin. Perkara ini juga perlu dikaji semula, kerana kesan pengaruh British terhadap perjalanan kehidupan di negara-negara bekas jajahan mereka banyak terpengaruh dengan cara hidup mereka.
Menurut Imam Hasan Al-Banna, wanita tidak dibenarkan menjawat apa-apa jawatan di wilayah ‘ammah atau wazarah tafwid seperti kepimpinan ketenteraan (wilayah jihad), wilayah hisbah, wilayah kehakiman, wilayah haji, wilayah kharaj dan lain-lain bentuk umum. Selain dalil-dalil biasa dari Al-quran dan al-Hadith, beliau juga berdalilkan ijma’ amali yang menunjukkan bahawa sejak zaman Rasul SAW, baginda tidak pernah melantik kepimpinan umum di kalangan wanita dan hal ini berterusan hinggalah jatuhnya empayar Islam Uthmaniyyah. Malah Rasulullah SAW dan para sahabat juga tidak pernah melantik ahli keanggotaan syura ( ahl al-hal wal aqd ) dari kalangan wanita.
“Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (pemerintahan) mereka kepada seorang wanita” Hadith Riwayat Bukhari 
Dan hujjah yang kukuh lagi tentang tidak layaknya wanita menjadi pemimpin lebih2 lagi pemimpin sebuah negara ialah tidak berlaku langsung pada zaman Nabi Muhammad S.a.w dan para sahabat bahawa mereka mengangkat seorang wanita menjadi KHALIFAH.  Itu sudah nyata dan terang bagi kita. jika benar wanita itu layak, sudah pasti lah telah dicontohi oleh Nabi dan sahabat kerana mereka adalah contoh TERBAIK kita. Sedangkan dalam hal berpoligami pun telah dicontohi oleh Nabi Muhammad S.a.w, adalah tidak munasabah tidak dicontohi wanita menjadi pemimpin, jika benarlah wanita itu layak untuk memimpin rakyat.
Ada pendapat yang mengatakan wanita boleh menjadi pemimpin berdasarkan kepada peristiwa Ratu Balqis di zaman Nabi Sulaiman. Tetapi perlu difikirkan semula, Ratu Balqis di zaman mana?  Dan apa yang jadi selepas dia sudah kahwin dengan Nabi Sulaiman? Tetap Nabi Sulaiman menjadi pemimpin.  Dan seperti hujjah di atas, tiada dicontohi oleh Nabi dan para sahabat mengangkat wanita menjadi khalifah. 
Banyak syarikat sekarang ini mahu mengambil pekerja yang hanya wanita sahaja. Kerana biasanya wanita yang melariskan lagi perniagaan mereka. Ini pun satu hal yang menyebabkan semakin ramai wanita bekerja dan lelaki menganggur.  Senario ini sepatutnya dikaji dan di teliti kembali agar ianya tidak semakin parah di kemudian hari. Mencegah lebih baik dari merawat. 
Dan saya tidak mengatakan bahawa kaum wanita tidak boleh bekerja sama sekali. Tetapi kajian perlu diadakan semula bagi menilai mana pekerjaan yang sesuai dan mana pekerjaan yang sepatutnya di serahkan kepada kaum lelaki sahaja. Ini bagi mengelakkan terjadinya;
- Pengabaian terhadap anak2 dalam rumahtangga.
- Penambahan pengangguran di kalangan lelaki.
- Peningkatan penghisap dadah.
- Peningkatan kadar jenayah yang disebabkan lelaki tidak bekerja dan menghisap dadah terutamanya.
- Berlaku fitrah kemanusiaan yang songsang iaitu perempuan bekerja di luar sedangkan lelaki jaga anak dan menjadi suri rumah.
- Masyarakat semakin tidak beruntung kerana di pimpin oleh ramai orang perempuan (sesuai dengan maksud hadith riwayat Bukhari di atas).
Sebagai tambahan kepada tulisan kali ini, saya menyeru kepada kaum wanita agar membaca elok2 tulisan dari Ustaz Zaharuddin di bawah ini.

BUNGA YANG CANTIK JARANG HARUM…

27 Jul
Wanita sinonim dengan kecantikan. Istilah “cermin” dalam bahasa Arab dekat sangat dengan wanita – kerana cermin itu dekat pula dengan kecantikan. Bercermin untuk kelihatan cantik. Ke mana-mana wanita pergi, cermin ada di sisi.
Bagi yang tidak cantik bagaimana? Mereka bukan wanita?
Tunggu dulu, setiap yang Allah cipta pasti indah kerana Allah itu Maha Indah dan suka pada keindahan. Tuhan tidak mencipta manusia hodoh, Tuhan hanya mencipta manusia dengan kecantikan berbeza. Jadi, ingat itu… setiap wanita berhak untuk cantik!
Soalnya, di manakah letaknya kecantikan sebenar pada seorang wanita? Kalau kita tanyakan kepada para lelaki maka sudah pasti kita akan temui pelbagai jawapan. Ada yang merasakan kecantikan wanitaitu pada wajah, pada bentuk tubuh, pada kebijaksanaan atau pada tingkah lakunya.
Dan pada yang menyatakan kecantikan pada wajah pula terbahagi kepada pelbagai pandangan, ada yang mengatakan kecantikannya terletak pada hidung, pada mata dan sebagainya. Pendekata kecantikan itu bagi anggapan sesetengah orang sangat relatif sifatnya. Lain orang, lain penilaiannya.
Namun sebagai seorang Islam, kita tentulah ada kayu ukur tersendiri untuk menilai kecantikan. Kita tentunya mengukur kecantikan wanita mengikut kayu ukur Islam. Dan tentu sahaja kecantikan yang menjadi penilaian Islam adalah lebih hakiki dan abadi lagi.
Misalnya, kalaulah kecantikan itu hanya terletak pada wajah, wajah itu lambat-laun akan dimakan usia. Itu hanya bersifat sementara. Apabila usia meningkat, kulit akan berkedut tentulah wajah tidak cantik lagi. Jadi tentulah ini bukan ukuran kecantikan yang sejati dan abadi.
Sebagai hamba Allah, kita hendaklah melihat kecantikan selaras dengan penilaian Allah atas keyakinan apa yang dinilai oleh-Nya lebih tepat dan betul. Apakah kecantikan yang dimaksudkan itu? Kecantikan yang dimaksudkan ialah kecantikan budi pekerti ataupun akhlak. Itulah misi utama kedatangan Rasulullah SAW – untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Kecantikan akhlak jika ada pada seseorang, lebih kekal. Inilah kecantikan yang hakiki mengikut penilaian Allah. Hancur badan dikandung tanah, budi baik di kenang juga.  Kecantikan akhlak ini juga adalah satu yang lebih abadi. Kata pepatah lagi, hutang budi dibawa mati. Malah akhlak yang baik juga sangat disukai oleh hati manusia. Contohnya, kalaulah ada orang yang wajahnya sahaja cantik tetapi akhlaknya buruk, pasti dia akan dibenci.
Ya, mata menilai kecantikan pada rupa. Akal menilai pada fikiran. Nafsu menilai pada bentuk tubuh. Tetapi hati tentulah pada akhlak dan budi. Kecantikan akhlak ini diterima oleh semua orang. Katalah orang jujur, siapapun suka. Semua orang sepakat menyayangi orang yang jujur itu disukai. Sedangkan jika menurut ukuran rupa, penilaian manusia tetap tidak sama. Sebab itu ada pepatah yang mengatakan, ‘beauty in the eye of beholder’.
Rasulullah saw juga telah pernah menegaskan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang solehah. Wanita solehah ialah perhiasan rumah-tangga, perhiasan masyarakat dan perhiasan negara. Jika ada ibu yang solehah, anak-anaknya tentu mendapat manfaat. Mereka akan terdidik dengan baik.
Jika ada isteri yang solehah, suami pun akan mendapat manfaat. Para isteri ini akan memudahkan urusan rumah-tangga, menjalinkan hubungan keluargha dengan penuh kasih-sayang dan lain-lain. Tuturkatanya baik, tingkah lakunya baik, senyumannya menawan dan segala-galanya indah… mereka bayangan bidadari syurga di dunia ini.
Kenapa banyak wanita yang memiliki kecantikan tetapi musnah hidupnya? Ada ungkapan yang berbunyi, kemusnahan akan menimpa bilawanita mula merasai dirinya cantik dan mempamirkan kecantikan. Sejauhmana benarnya, wallahua’lam. Tetapi apa yang pasti, menurut Islam jika kecantikan tidak disertai iman yang kuat, maka pemiliknya akan hilang kawalan diri. Akibatnya ramai wanita cantik diperdayakan oleh syaitan untuk menggoda manusia melakukan kemungkaran. Lihatlah di sekeliling kita. Kata orang, bunga yang cantik jarang yang harum! Ini sudah menjadi sesuatu yang lumrah.
Tanpa iman, kecantikan akan dipergunakan ke arah kejahatan dan kemaksiatan, yang akhirnya akan memusnahkan diri pemiliknya dan orang lain. Cuba kita lihat apa yang terjadi kepada bintang filem barat (di sinipun apa kurangnya), ada yang memporak-perandakan negara, rumah-tangga dan berakhir dengan sakit jiwa dan bunuh diri.
Cantik tidak salah, tetapi salah menggunakan kecantikkan itulah yang salah. Kata orang, wanita yang cantik jarang berakhlak. Umpama bunga yang cantik, jarang yang wangi. Tetapi kalau cantik dan berakhlak pula, inilah yang hebat. Umpama cantiknya wanita solehah pada zaman nabi seperti Siti Aishah RA, Atikah binti Zaid dan lain-lain.
Bagaimana mendapat kecantikan sejati? Perlu kita faham kecantikan itu bermula dari dalam ke luar. Bukan sebaliknya. Oleh itu pertama, tanamkan di dalam hati kita iman yang benar-benar kuat berdasarkan ilmu yang tepat dan penghayatan yang tinggi. Iman itu keyakinan, kasih sayang, kemaafan, sangka baik dan reda. Rasa-rasa ini buktikanlah dengan perbuatan yang baik. Bila hati baik, wajah akan sentiasa cantik.
Jadi perkara kedua ialah susulilah iman itu dengan perbuatan yang baik. Ertinya, kita atur kehidupan mengikut syariat atau peraturan Tuhan. Dan apabila iman ditanam, syariat ditegakkan, akan berbuahlah akhlak yang mulia. Wajah, perilaku dan peribadi kita akan nampak cantik sekali. Inilah yang dikatakan kecantikan yang hakiki. Biar buruk rupa, jangan buruk perangai. Apa gunanya mulut yang cantik kalau kita gunakan untuk mengumpat?
Ya, kecantikan akhlak… boleh dimiliki oleh sesiapa sahaja, oleh yang rupawan mahupun yang hodoh. Itu bukti keadilan Allah yang mencipta wanita dengan berbagai wajah dan rupa… tapi peluangnya untuk “cantik” tetap serupa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar